Tuesday, January 22, 2013

Surga dan Neraka


Udah lama ga posting, sekalinya posting, hal yang paling kontroversial, fenomenal, cetar membahana grudug banjir tsunami.nyahahaha...
Cerita ini sebenarnya sempet ikut lomba cerpen gaje yang sponsornya pulpen dengan lambang paling sadis yang pernah cang liat. Dua orang naik kuda, terus saling tusuk, mungkin itu wujud kuda lumping yang sesungguhnya...xp

Karena ngga menang yang disebabkan satu dan lain hal (bilang aja tulisan jelek), maka cang release tulisan ini di blog aja, kali aja jurinya khilaf..kwekkwkeeekeke..
jadi cerita kali ini mengenai satu tempat tapi mempunyai dua rasa. Lebih sering jadi surga sebenarnya, namun dikala menjadi neraka, mending ke neraka benaran deh. Ok, toilet lah yang akan aku ceritakan. Toilet ini punya sejuta kenangan, mimpi yang jadi kenyataan, dan harapan (--“)


Toilet itu di rumahku, tempatnya nyempil, sering tempatku buang upil, belom terdaftar sih di catatan sipil, tapi dia sudah terampil, membuatku nyaman setiap paginya, benar-benar surga. Surga itu sederhana bagiku, dan semuanya ada di rumahku kayak tempat tidur, komputer, tv, toilet, dan keluargaku.

Kembali ke toilet, tempat ini satu-satunya yang juga pernah menjadi neraka buatku. Suatu malam yang indah dan gelap di toilet jadilah aku mandi hanya dengan bersinarkan rembulan, kebetulan toiletku waktu itu mati lampu makanya gelap, Yeah tapi aku lakikk, jadi tidak takut gelap-gelapan gitu #meluk teddy bear sambil gigit kupingnya.
Boong koq, mending ga mandi daripada mandi tapi dalam keadaan sudah jadi mayat..xp

Dengan yakinnya aku mandi, menutup pintu, dan menguncinya supaya tidak ada orang usil (keluargaku.red), buka pintu toilet, terus melempar petasan ke dalamnya, atau mungkin lebih parah, buka pintu toilet terus mereka sudah siap-siap memfotoh aku di depan pintu lengkap dengan tukang potrek, tata lampu, bahkan ada backround perpustakaan kayak orang wisuda gitu.

Lupakan semua kecemasanku, kembali ke cerita. Setelah selesai mandi, dengan harumnya aku memutar knop pintu toilet. Ke kanan keras, ke kiri sama saja. Pura-pura panik, supaya orang yang ngerjain di luar pintu senang. Setelah memohon-mohon dengan antusiasnya, ada suara di balik pintu toilet. ''Woi, ngujang ci keto?'' (ngapain kamu gitu?). Aku, ''buka pintunya woooii''. Suara adikku ternyata, ''ngga ada ngunci koq''. Aku, ''terus koq ngga bisa kebuka neh dari sini?''. Benaran panik kita berdua.

Setelah beberapa menit mengutik-utik pintu itu, pake jarum kayak di pelem-pelem ga bisa, masang bom takut kena sendiri, akhirnya sampai mendobraknya, akhirnya lepas juga knop pintu itu. Tapi bagian penguncinya masih dengan damai menahan jalan kebebasanku. Oksigen sudah sekarat, udara menghangat, berasa jadi neil amstrong, gelapnya sama, sesaknya sama, dan komunikasinya juga mirip. Adikku, ''bagaimana disana wan?, ganti krzzzkkk'', aku, ''krzzzkkk dah mendarat di atas dudukan toilet, menghindar dari serangan pintu yang kamu tendang kampret, ganti krzzzkkk''.
Lain kali mending disini aja

Oh ya aku lupa memberi tahu kalau orangtua lagi di luar kota, jadi terpaksa kita menghubungi pamanku supaya datang menolong, soalnya kalau manggil pemadam kebakaran terlalu mainstream. Dengan tendangan naga api lengkap dengan efek-efek unyu kartun di tv, terbukalah akhirnya pintu neraka itu, oksigeeen...oksigenn.. #mulut megap-megap kayak lele kekurangan oksigen pakai handuk tentunya.

Setelah itu, pintu itu kita pasang kunci yang sederhana saja, pakai tali dililit-lilit, masih ada celah, ganti pakai kayu di paku, tapi agak longgar, biar lebih permanen akhirnya ganti sama yang besi, maunya pakai sensor sidik jari, cuma repotnya kalau habis mandi sidik jari kadang mengkerut kalau kelamaan mandi, terus kalau pakai kunci brangkas yang diputar-putar tuh malah kelamaan, keburu keluar *tiiiiitt kalau kebelet.

Lupakan insiden terkunci itu, mari ke insiden neraka selanjutnya, beberapa bulan setelahnya, waktu itu spongebob masih 2x sehari, jam 1 pagi aku buang hajat karena jam 3 pagi ada kegiatan kampus. Kebetulan toiletku model yang duduk, ada sofanya plus pemijat automatic, jadi pantat begitu nyaman dan tidak perlu capek kontraksi. Ketika duduk termenung menunggu datangnya surga, entah kenapa ya, otak tuh sering berpikiran yang aneh-aneh. Misalnya nih aku lagi terjebak macet, tiba-tiba otak berpikiran, ''hei, mobilmu kan sangar dan gede, udah tabrak aja mobil yang kecil-kecil tu, giles aja, apalagi motor, aduh kecil, serempet aja biar masuk got sekalian'', brain, what's wrong with you?

Sama waktu aku lagi duduk manis di toilet, tiba-tiba otak berpikiran, ''coba sekarang gempa, lagi setengah telanjang, dengan pup lagi setengah keluar gitu, terus mati tertimpa reruntuhan bangunan, nista banget hidupmu nantinya''. Terus lengkap dengan bayangan, aku di dunia lain bakal ditertawakan karena ada pup masih terburai keluar, dan lebih nista lagi karena tidak ada yang mau bikin film tentang hantu pup setengah, atau buku tentang pup si anak singkong. #maksa

Entah kenapa otak ini berpikiran aneh-aneh gitu, terus berlanjut hingga akhirnya menjadi neraka. Gempa benar-benar terjadi, cyius, enelan. Waktu itu kedua kaki benaran gemetar, bibir pecah-pecah, dan pup loncat-loncat berserakan ke seluruh toilet dan mukak #ngarang.
Untungnya gempanya cuma sebentar dan tidak terjadi seperti yang otakku, catat otakku bukan aku yang bayangkan.
Pemanasan sebelum ke toilet

Setelah itu aku ke toilet selalu bawa mp3 supaya pikiran tidak kemana-mana dan aneh-aneh. Tapi mp3 playerku juga isinya lagu-lagu hardcore yang isi screaming supaya liriknya tidak bisa aku dengar dan mengerti. Takutnya seperti dengar lagunya adele yang judulnya set fire on the rain, nanti malah mikirin, ''ngeri juga lagi pup terus kebakaran, wah lebih nista lagi, jadi hantu pup setengah bakar''. Atau mendengarkan lagu yang video clipnya mengajak buat jingkrak-jingkrak seperti lagu gangnam style, wah parah tuh, bisa-bisa jebol jambanku, belum lagi pup yang akan mewarnai tubuhku yang kayak sikat wc ini, makin nista.

Dari sekian banyak kejadian neraka di toilet, aku belum kapok buat pup, terutama di toilet yang sama, walaupun masih isi police line (itu lo pita-pita kuning dilarang lewat), dan di beberapa sudut toilet juga ada gambar-gambar kapur yang menandakan dimana aku terakhir terkapar pup.
Jadi sebenarnya surga dan neraka itu ada di sekitar kita (tiba-tiba jadi bijak), kalau yang di dunia setelah ini aku juga tidak tahu ada atau tidak, karena jujur aku belum pernah mati. So, tinggal dinikmati saja apa yang ada di sekitar kita.

2 comments:

  1. men kene cerita cii,, apiinn tulisan cii luwung care times new roman masih eng bakal loloss... -____________-"

    ReplyDelete